Wednesday, June 2, 2010

Di Kelas

Pagi-pagi, murid-murid kelas 2 di sekolah SD Bina Sastra sudah berada di dalam kelas semua. Murid-murid di sana sudah harus di biasakan seperti itu.., tapi murid-murid selalu bermain terlebih dulu sebelum Bu Isri datang. Contohnya, bermain stik yang di geprak atau galasin. Setelah Bu Isri sudah datang ke kelas, murid-murid langsung duduk dibangku. Sang ketua kelas langsung berteriak kepada teman-temannya untuk berdiri dan mengucapkan selamat pagi kepada Bu Isri. Seakan-akan murid-murid selalu sopan dan menghormati kepada Bu Isri dan guru-guru yang lain. “semua! Salam!” kata sang ketua kelas. Murid-murid mematuhi kata si ketua kelas, yaitu memberikan salam.
Pelajaran sudah dimulai. Pelajaran matematika adalah pelajaran yang pertama.
“anak-anak, siapa yang tahu 89+56 itu berapa?” tanya Bu Isri. “145 bu...” seru salah seorang murid. “betul nak.., nah.., kalian kan’ sudah mengerti tentang pertambahan dan pengurangan, sekarang bagaimana tentang perkalian? Kalian setuju?” kata Bu Isri. “ ya bu, kami setuju....” “ oke deh....” kata Bu Isri. Pelajaran terus-menerus berjalan. Sampai jam sembilan pagi, pelajaran terhenti karena murid-murid sedang istirahat. Selain murid-murid makan makanan yang di bawa dari rumah atau beli dikantin, murid-murid juga banyak yang bermain bersama teman-temannya. Setelah bel berbunyi, murid-murid langsung masuk kelas dan melanjutkan pelajaran. Belajar, belajar, belajar dan belajar. Itulah yang dilakukan murid-murid di SD Bina Sastra. Sampai jam 12, pembelajaran murid-murid kembali terhenti, karena murid-murid yang beragama Islam mengadakan ibadah sholat. Sementara, murid-murid yang bukan agama Islam bermain dan memakan bekal atau catering. Setelah murid-murid yang beragama Islam sholat, tepatnya jam 1 siang semua murid-murid langsung kembali ke kelas untuk melanjukan pelajaran English Language (EL). Jam 2 telah tiba. Jam tersebut menandakan jam yang menyedihkan, karena murid-murid berpisah. Apalagi kebesokkan harinya murid-murid sudah libur semester. Jadi, mereka sangat-sangat bersedih. Akhirnya, mereka telah di rujuk oleh orangtuanya untuk pulang. Murid-murid mau tidak mau harus pulang. KISAH INI DI AKHIRI DENGAN SAD ENDING. : :’( :